Pengertian
DBD
DBD merupakan penyakit infeksi yang
dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini
tergolong “susah dibedakan” dari penyakit demam berdarah yang lainnya. Penyakit
ini dapat menyerang semua umur, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Penyebabnya adalah virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang
masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. DBD
tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi dapat ditularkan
melalui nyamuk. Nyamuk Aedes Aegypti betine menyimpan virus dengue pada
telurnya, selanjutnya akan menularkan virus ini ke manusia lewat gigitan.
Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit orang lain sehingga dengan
mudah darah seseorang yang mengandung virus dengue dapat cepat dipindahkan ke
orang lain, yang palingdekat tentulah orang yang tinggal dalam satu rumah.
Namun, virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, tidak selalu
dapat menimbulkan infeksi, jika orang itu mempunyai daya tahan tubuh yang kuat
sehingga dengan sendirinya virus ini akan dilawan oleh tubuh.
Penyakit Demam Berdarah Dengue
adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan
DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa
serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab
wabah yang dominan adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995).
Penyakit ini ditunjukkan dengan
adanya demam secara tiba- tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit
pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie
dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti.
Dengue adalah penyakit virus
didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri
kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).Demam dengue/dengue fever
adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan
tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia,
dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang
hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu,
trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan.
Cara Pemberantasan Demam Berdarah.
Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk- nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut :
Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk- nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut :
a. Konsentrasi
larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 – 5
%.
b. Nozzle
yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit
keluaran yang diinginkan.
c. Jarak
moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50 m.
d. Kecepatan
berjalan ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 – 3
menit untuk satu rumah dan halamannya.
e. Waktu
fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00– 11.00.
Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan
hal-hal di atas sehingga diharapkan hasilnya juga optimal. Berdasarkan hasil
survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5 rumah penduduk. Jentik
tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar rumah dengan
kondisi kurang bersih dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada
di dalam rumah. Bahkan satu kamar mandi terbuat dari keramik, namun demikian
kamar mandi ini berhubungan langsung dengan pekarangan yang cukup luas dengan
tanaman-tanaman besar yang cukup banyak, sehingga dimungkinkan nyamuk berasal
dari pekarangan. Bagi penduduk yang kamar mandinya masih ditemukan jentik, maka
pada saat itu juga team yang bertugas langsung memberikan pengarahan dan
penyuluhan pada pemilik rumah untuk membersihkan kamar mandinya agar tidak
menjadi sarang nyamuk. Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang
paling tepat untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya
kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas
nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk masih
diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih
berlanjut dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan
jentik menjadi nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu.
Sehingga jika di daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka
dimungkinkan akan cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif
adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), kegiatan ini sebenarnya cukup
murah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri secara gotong royong.
Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan
pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras
kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas
bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang bekas yang
mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban
bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter
air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan
di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi
keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia
maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai
penularan penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh
masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan kembali dilaksanakan PSN
oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara
merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi
telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih
cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program
tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari
wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat
penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular
demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas
kembali.
Berdasarkan hasil evaluasi yang kami lakukan maka setelah dilaksanakan fogging di Dukuh Tuwak Desa Gonilan, Kartasura tidak ditemukan penderita demam berdarah. Hal ini juga didukung dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk sebagai salah satu tindak lanjut dari proses pengasapan (Fogging) ini.
Berdasarkan hasil evaluasi yang kami lakukan maka setelah dilaksanakan fogging di Dukuh Tuwak Desa Gonilan, Kartasura tidak ditemukan penderita demam berdarah. Hal ini juga didukung dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk sebagai salah satu tindak lanjut dari proses pengasapan (Fogging) ini.
3.
Cara Pengobatan Penyakit Demam Berdarah.
Fokus
pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita
banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula
sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di
perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap
keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :
a. Parasetamol membantu menurunkan demam
a. Parasetamol membantu menurunkan demam
b.Garam
elektrolit (oralit) jika di sertai diare
c.
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak
syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan dengan
alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum jus
jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis,
akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan
peningkatan nilai trombosit darah.
4.
Gejala dan
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah.
Tanda
dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15
hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
· Demam
tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
· Pada
pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
· Adanya
bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
· Terjadi
pembesaran hati (Hepatomegali).
· Tekanan
darah menurun sehingga menyebabkan syok.
· Pada
pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
· Timbulnya
beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
· Mengalami
perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
· Demam
yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
· Munculnya
bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Beberapa
cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode
pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
- Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. Perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
- Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.